Jumat, 22 Februari 2013

Film Independen

Posted by Odiwijaya on 05.05

Menulis skenario film independentidak serumit film panjang. Pasalnya, selain durasinya yang pendek (sekitar 5-30 menit), juga tidak menganut struktur yang rumit seperti struktur tiga babak yang sudah lazim digunakan kalangan Hollywood. Jika dalam struktur ini selalu menampilkan tiga pembabakan : pengenalan tokoh-tokoh, munculnya konflik, dan penyelesaian masalah. Jadi, filmindependen tidak perlu mengikuti pola ini.

Menurut Gotot Prakosa, sineas IKJ yang juga juri internasional filmpendek, setidaknya ada tiga gayaskenario film independen yang betul-betul sangat berbeda dengan filmmainstream. Ketiganya adalah gaya surprise, circles, dan linier. Gaya surprise bisa anda coba dengan membuat sebuah skenario film independen. Misalnya, film yang mengetengahkan seseorang yang berlari kencang menuju hutan. Sesampai di hutan, dia lantas minum air di kendi yang sudah disediakan di hutan (film pesertaPasar Seni ITB 2000).

Gaya circles mempunyai makna berputar-putar. Bisa jadi tampilan scene per scenenya bolak-balik. Adapun gaya linier yang temanya sangat biasa dan datar, seolah-olah tidak ingin melibatkan psikis penontonnya dan membiarkan alur film mengalir lurus ibarat air mengalir di sungai.

Apa yang dikemukakan Gotot merupakan standar film pendek atauindependen. Tidak rumitnya skenario film inidie ini terutama guna mendorong kalangan muda untuk berkreasi tanpa dibebani ‘kekeramatan’ sebuah skenario film. Pegiat film indie lebih universal sehingga mau tidak mau teknis penulisan skenario pun tidak harus ‘akademis’ atau berdasarkan aliran-aliran pembuatan film panjang. Dalam hal ini, para pegiat filmindependen diberi kesempatan seluas-luasnya menuangkan ide dan gagasan ke dalam bentuk film. Bisa jadi film yang dibuatnya tanpa konflik, tanpa ada ujung pangkal, dan tanpa penyelesaian. Bebas, sebebas-bebasnya.

Bagaimana dengan teknik penulisannya? Dalam hal ini, anda tidak perlu harus belajar dahulu secara lama. Yang penting langkah-langkahnya meliputi: penemuan ide cerita, kemudian disusunlah sinopsis (ringkasan) ceritanya. Dari sini, lantas buatlah breakdown master a t a u shooting script. Tidak sulit kan? Pokoknya setelah anda menemukan ide cerita, cepat-cepatlah disusun dalam bentuk cerita. Dari cerita yang sudah terbentuk inilah anda tinggal menjabarkan dalam bentuk uraian pengambilan gambar secara sederhana. Akan tetapi, tentu saja kaidah-kaidah filmis harus tetap ada, misalnya, soal teknis pengambilan gambar, penyutradaraan, dan juga editingnya. Kita bisa melihat gaya Gola Gong dalam membuat skenario-seperti di dalam bukunya—Menulis Skenario Itu (Lebih) Gampang. Namun yang ditunjukkan Gola Gong untuk konsumsi film panjang (industri) sehingga menulis skenario itu gampang, tetapi masih membelenggu jika anda membuat skenario film independen.

Jadi, jika anda ingin membuat film, segeralah buat. Skenario tidak perlu dipusingkan. Hal yang penting asal ada ide cerita maka lahirlah cerita. Jika sudah ada cerita, pasti akan jadi film. Itu pun tentunya kalau sudah melakukan kegiatan shooting dan editing sebab dua hal inilah yang menjadi jantungnya sebuah karya film. Nah, mengapa anda tidak mulai saja membuat film independen, gampang kan?.

Anda bisa mencobanya seperti berikut ini
Pertama, mencari ide cerita dari mana saja. Misalnya ide cerita tentang ‘joki’, yakni seseorang yang berusaha mengganti posisi orang lain dalam tes penerimaan mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi negeri. Ada seseorang yang tampaknya mampu menjadi joki dan meluluskan seseorang untuk bisa lolos masuk perguruan tinggi tersebut. Akan tetapi, ternyata sang joki ini mempunyai adik yang sama-sama ingin masuk ke PT tersebut dengan program studi yang sama juga. Akhirnya sang joki pikir-pikir panjang, mau menerima menjadi joki dengan imbalan besar atau mengundurkan diri karena kalau dia jadi joki, sama artinya dengan menjadi pesaing bagi adiknya yang ingin berkuliah.

Kedua, dari ide cerita ini selanjutnya anda harus membuat sinopsisnya, yaitu ringkasan cerita secara singkat dengan menampilkan inti dari cerita tadi.

Ketiga, anda selanjutnya menciptakan penokohan untuk cerita tersebut. Misalnya, Andi yang akan menjadi joki, orangnya mudah terpengaruh dan selalu bimbang. Kemudian Anto, yang menyuruh Andi menjadi joki, mempunyai tipikal culas, sombong, dan semuanya bisa diatur dengan uang. Selain penokohan, anda juga mencari lokasi shooting kelak dan propertinya (bisa meliputi pakaian, benda-benda yang digunakan tokoh, rumah dengan perlengkapan, dan lainnya).

Keempat, kemudian anda tinggal menentukan casting (pemeran) tokoh-tokoh tersebut. Karena umumnya film independen kurang bermodal, pilihlah orang-orang yang betul-betul mempunyai idealisme tinggi. Artinya tanpa dibayar ‘mahal’ pun tetap mau mendukung film anda. Kalau anda mahasiswa atau pelajar, teman-teman bisa diajak untuk casting. Menentukan casting ini juga jangan terlalu ketat, tetapi juga jangan terlalu longgar karena akan menyulitkan proses produksinya. Namun, tetap anda harus mempertimbangkan kemampuan acting calon pemerannya. Jadi, jangan mentang-mentang film independen, lantas seenaknya tanpa casting yang baik dan benar.

Kelima, setelah semuanya oke, anda tinggal memperjelas sinopsis tadi dalam bentuk skenario prematur. Dalam pembuatan skenario ini, anda tidak perlu menggunakan istilah teknis kamera. Jika anda akan menyutradaraifilm ini sendiri, anda sudah punya cukup gambaran bagaimana nantinya cerita ini terwujud dalam film. Sedikit rincian teknik pengambilan gambar, ukuran gambar ataupun sudut pengambilan, akan membantu kerja anda di lapangan. Namun jika skenario ini akan diserahkan kepada orang lain untuk menyutradarainya, anda tidak perlu detail membuat shooting script-nya, sebab sutradara biasanya mempunyai selera sendiri secara individual. Mungkin istilah teknisnya akan dia rancang sendiri. Yang penting ceritanya tidak menyimpang dari yang sudah anda tentukan, yakni tentang kebimbangan seorang joki.

Terakhir, anda melakukan preparation (persiapan) terhadap semua komponen pembuatan film, yakni dari skenario, pemeran, lokasi, peralatan shooting, dan lainnya yang mendukung proses produksi film tersebut. Jangan sampai terlupa soal perizinan jika ingin menggunakan suatu tempat tertentu.

0 komentar:

Posting Komentar

Search Site